Rusia mengatakan akan melanjutkan upaya diplomastik dengan Barat untuk meredakan krisis di perbatasan Ukraina. "Selalu ada kesempatan untuk mencapai kesepakatan dengan Barat atas (krisis) Ukraina," terang percakapan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov yang disiarkan televisi pada Senin (14/2/2022). Dilansir , Lavrov mengatakan kepada Putin bahwa pembicaraan para pemimpin Eropa dan Washington menunjukkan kemajuan awal yang menjanjikan.
"Saya akan menyarankan untuk melanjutkan (diplomasi)," kata Lavrov dalam pidato sambutan yang disiararkan televisi. "Baik," timpal Putin. Lavrov melanjutkan, Amerika Serikat (AS) meminta agar risiko militer dikurangi, tetapi tanggapan NATO dan Uni Eropa (UE) belum memuaskan.
"Masih harus dilihat apakah ini negosiasi nyata atau dirancang untuk menunda invansi," ucap Stephen Nix dari Institut Republik Internasional kepada Al Jazeera dari Washington. , DC. Senin (14/2/2022) AS mengumumkan sementara waktu akan memindahkan keduataannya di Kyiv ke kota Lviv. Kota itu berada di perbatasan Ukraina dengan Polandia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menambahkan bahwa Washington akan terus mendorong upaya diplomatik. "Jalan diplomasi tetap tersedia jika Rusia memilih terlibat dengan itikad baik," katanya. "Kami berharap dapat mengembalikan staf kami ke Kedutaan Besar secepatnya, setelah kondisi memungkinkan," imbuhnya.
Setelah mengadakan pembicaraan dengan Vladimir Putin, Joe Biden tersambung dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Senin (14/2/2022). Gedung Putih dalam sebuah pernyataan menjelaskan, Biden dan Johnson membahas soal keterlibatan diplomatik baru baru ini dengan Ukraina dan Rusia. "Mereka juga meninjau upaya diplomatik dan pencegahan dalam menanggapi pembangunan militer Rusia di perbatasan Ukraina," tutur Gedung Putih.
Para pemimpin menegaskan kembali dukungan mereka untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Sementara itu, pemerintah Inggris mengatakan Biden dan Johnson “setuju bahwa masih ada jendela bagi diplomasi dan (kesempatan) bagi Rusia untuk mundur dari ancamannya terhadap Ukraina.” Sejauh ini, Rusia telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Tetapi Rusia menyangkal berencana untuk menyerang, menuduh Barat, yang telah mengirim sejumlah pejabat ke Moskow dan Kyiv, histeris. Pemimpin Eropa lainnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi Kyiv pada Senin (14/2/2022). Dia bersumpah bahwa Berlin dan sekutu Baratnya akan mempertahankan dukungan untuk keamanan dan kemerdekaan Ukraina.
Scholz pun mendesak Rusia untuk mengambil "tawaran dialog". Selama konferensi pers dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Scholz mengatakan "tidak ada pembenaran yang masuk akal" untuk membangun pasukan Rusia di sekitar perbatasan Ukraina.
Rusia Siap Lanjutkan Upaya Diplomasi Terkait Krisis Ukraina
Rusia mengatakan akan melanjutkan upaya diplomastik dengan Barat untuk meredakan krisis di perbatasan Ukraina. "Selalu ada kesempatan untuk mencapai kesepakatan dengan Barat atas (krisis) Ukraina," terang percakapan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov yang disiarkan televisi pada Senin (14/2/2022). Dilansir , Lavrov mengatakan kepada Putin bahwa pembicaraan para pemimpin Eropa dan Washington menunjukkan kemajuan awal yang menjanjikan.
"Saya akan menyarankan untuk melanjutkan (diplomasi)," kata Lavrov dalam pidato sambutan yang disiararkan televisi. "Baik," timpal Putin. Lavrov melanjutkan, Amerika Serikat (AS) meminta agar risiko militer dikurangi, tetapi tanggapan NATO dan Uni Eropa (UE) belum memuaskan.
"Masih harus dilihat apakah ini negosiasi nyata atau dirancang untuk menunda invansi," ucap Stephen Nix dari Institut Republik Internasional kepada Al Jazeera dari Washington. , DC. Senin (14/2/2022) AS mengumumkan sementara waktu akan memindahkan keduataannya di Kyiv ke kota Lviv. Kota itu berada di perbatasan Ukraina dengan Polandia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menambahkan bahwa Washington akan terus mendorong upaya diplomatik. "Jalan diplomasi tetap tersedia jika Rusia memilih terlibat dengan itikad baik," katanya. "Kami berharap dapat mengembalikan staf kami ke Kedutaan Besar secepatnya, setelah kondisi memungkinkan," imbuhnya.
Setelah mengadakan pembicaraan dengan Vladimir Putin, Joe Biden tersambung dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Senin (14/2/2022). Gedung Putih dalam sebuah pernyataan menjelaskan, Biden dan Johnson membahas soal keterlibatan diplomatik baru baru ini dengan Ukraina dan Rusia. "Mereka juga meninjau upaya diplomatik dan pencegahan dalam menanggapi pembangunan militer Rusia di perbatasan Ukraina," tutur Gedung Putih.
Para pemimpin menegaskan kembali dukungan mereka untuk kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Sementara itu, pemerintah Inggris mengatakan Biden dan Johnson “setuju bahwa masih ada jendela bagi diplomasi dan (kesempatan) bagi Rusia untuk mundur dari ancamannya terhadap Ukraina.” Sejauh ini, Rusia telah menempatkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan Ukraina.
Tetapi Rusia menyangkal berencana untuk menyerang, menuduh Barat, yang telah mengirim sejumlah pejabat ke Moskow dan Kyiv, histeris. Pemimpin Eropa lainnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengunjungi Kyiv pada Senin (14/2/2022). Dia bersumpah bahwa Berlin dan sekutu Baratnya akan mempertahankan dukungan untuk keamanan dan kemerdekaan Ukraina.
Scholz pun mendesak Rusia untuk mengambil "tawaran dialog". Selama konferensi pers dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Scholz mengatakan "tidak ada pembenaran yang masuk akal" untuk membangun pasukan Rusia di sekitar perbatasan Ukraina.